METROKalteng.com
NEWS TICKER

Fenomena Sosial Terhadap Nilai-Nilai Kearifan Lokal Suku Dayak Kalimantan

Thursday, 15 December 2022 | 8:33 pm
Reporter:
Posted by: metrokal
Dibaca: 527

Oleh: Sofiya
Mahasiswi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, IAIN Palangka Raya

Kearifan Lokal tidak saja diakui oleh dunia, bahkan dalam status hukum Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 butir 30, menerangkan kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

Kemudian dilanjutkan poin berikutnya yaitu masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menetukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.

Nilai-nilai kearifan lokal, merupakan sebuah kekayaan atau khazanah yang sering kita jumpai di kehidupan budaya Kalimantan lantas, apakah kearifan lokal ini berdiri sendiri? Tentunya, kearifan lokal, hadir dalam sebuah budaya atau kehidupan yang memberikan pesan moral agar anak cucu menjaga alam serta budaya, adat dan tingkah pola dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuannya tidak lain agar generasi sesudahnya, menjadi generasi yang selalu harmoni atau selaras dengan alam semesta. Itu sebabnya kali ini opini saya bukan semata-mata sekedar melihat fenomena nilai kearifan lokal Suku Dayak dari satu sisi tetapi, akan menggali dan melihat sisi lain yang tengah terjadi dan benar adanya di Kalimantan.

Fakta sosial yang terjadi di masyarakat dari dulu hingga sekarang, dimana setiap suku atau kelompok etnik yang ada di Kalimantan memiliki nilai-nilai nya tersendiri dan hal itu di akui oleh hukum yang ada di Indonesi salah satunya adalah kearifan lokal suku dayak di kalimantan.

Suku Dayak merupakan sekelompok masyarakat yang menjadi penduduk asli Kalimantan dan telah lama menghuni Pulau Kalimantan sudah sejak jaman dahulu. Dilansir dari laman Bobo, Suku Dayak memiliki 268 sub-suku yang dibagi menjadi 6 rumpun yaitu Rumpun Punan, Rumpun Klemantan, Rumpun Apokayan, Rumpun Iban, Rumpun Murut, dan Rumpun Ot Danum. Ciri khas Suku Dayak dapat diamati dari hasil budaya yang masih dapat diamati hingga saat ini. Bentuk budaya tersebut meliputi rumah, pakaian, senjata, bahasa, kepercayaan, dan tradisi.

Ciri khas tersebut sangatlah mereka jaga dan lestarikan, suku dayak sangatlah memperhatikan dan menjaga adat budaya mereka, mereka sangat meyakini peninggalan leluhur dan saling melindungi sesama dari mereka. Kearifan lokal bisa disebut dengan kebudayaan yang sudah mentradisi di lingkungan setempat tersebut itulah budaya adat dayak dimana setiap tradisi yang mereka jalankan dan mereka yakini adanya adalah sebuah bentuk kepercayaan terhadap leluhurnya.

Salah satu tradisi leluhur suku Dayak yang banyak mengandung banyak nilai bagi mereka yaitu tradisi magenta. Mangenta merupakan suatu kegiatan kaum petani di mana mereka bersyukur atas dimulainya panen padi, pada saat musim tiba untuk menuai hasil dan tradisi ini masih di lestarikan masyarakat suku dayak hingga sekarang. Mereka beramai-ramai merayakan panen padi dengan ucapan rasa syukur atas hasil yang mereka peroleh dengan membuat kenta masyarakat suku dayak. Kenta yang bisa disebut kudapan dapat ditemukan saat acara-acara tertentu saja.

Jika kalian ingin mencoba kenta, bisa datang saja saat acara adat Pakanan Batu. Untuk membuat kenta ada beberapa bahan yang perlu disiapkan, yaitu padi ketan, kelapa muda, gula putih atau gula merah, dan air kelapa muda. Dari bahan-bahan yang sudah tersedia tersebut kemudian di bikinlah menjadi kenta.

Kalau dilihat dari segi bahasa, jangan di ragukan lagi suku dayak memiliki berbagai macam bahasa yang beraneka ragam yang tentu sangat menarik jika kalian ingin mendalami bahasa-bahasa dari daerah suku dayak. Dari setiap rumpun mempunyai ragam ciri khas bahasa yang berbeda meskipun makna tetap sama.

Bahasa Dayak Ngaju, merupakan salah satu dari banyaknya bahasa suku dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah, terutama di daerah sungai Kahayan dan Kapuas. Bahasa dayak ngaju, terbagi dalam berbagai dialek seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan.

Bahasa Dayak Maanyan, merupakan bahasa yang dituturkan oleh suku Dayak Maanyan di Kabupaten Barito Timur , Kalimantan Tengah , dan sebagian dari Kabupaten Tabalong , Kalimantan Selatan ( Kabupaten Tanta ). Menurut sejarah, sebelum penutur bahasa Maanyan menempati wilayah yang mereka tinggali saat ini, mereka memulainya dari sisi hilir di wilayah Kalimantan Selatan saat ini. Termasuk suku Dayak Samihim di utara Kabupaten Kotabaru. Kawasan yang mereka tinggali kini menjadi pemukiman suku Lawangan yang lebih dulu datang.

Bahasa Dayak Bakumpai, bahasa selanjutnya yakni rumpun Barito Akbar yang dituturkan oleh suku Dayak Bakumpai dan suku Dayak Bara Beliau (Suku Dayak Mengkatip) yang mendiami di anggota utara Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan dan daerah sebelah hulunya yang termasuk wilayah Kalimantan Tengah. Bahasa Bakumpai merupakan bahasa suku Dayak di daerah DAS Barito Dayak yang mendapat pengaruh bahasa Banjar. Bahasa Bakumpai juga memiliki sejumlah peribahasan. Kesamaan leksikal bahasa Bakumpai terhadap bahasa lainnya yaitu 75% dengan bahasa Ngaju dan 45% dengan bahasa Banjar.

Banyak lagi bahasa yang di pergunakan suku dayak kalimantan, hanya saja itu beberapa bahasa yang dominan di pergunakan di keseharian mereka. Berbicara mengenai pakaian suku dayak mempunyai pakaian adat yang sangat menarik, unik dan mempunyai sisi perbedaanya tersendiri dengan pakaian adat lain dan jika di pakai akan sangat mencolok dari mana kita berasal dan itu sangat menjadi ciri khas mereka sebagai suku dayak.

Generasi muda suku dayak sangat menjunjung tinggi pakaian mereka, mereka sangat menghormati mahkota mereka yakni pakaian adat mereka sendiri. Entah itu, rumah, pakaian, senjata, bahasa, kepercayaan, dan tradisi dari suku dayak semuanya sangat mendukung kemajuan kebudayaan yang ada di kalimantan kita tercinta, kearifan lokal yang semakin mereka kembangkan dan lestarikan yang memiliki nilai-nilai tersendiri menjadi satu hal yang sangat mampu mengarahkan kalimantan kearah lebih terdepan lagi dengan berbagai keanekaragaman budaya hayati dari berbagai daerah. Hal ini ikut mendominasi kita sebagai masyarakat kalimantan agar kerap mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan ataupun tradisi masing-masing agar kebudayaan dan tradisi yang kita punya akan terus hidup dan menjadi cikal bakal kemajuan kalimantan itu sendiri***

Contak Redaksi 081349007114, 081250001889